Selasa, 09 Desember 2014

Laporan Praktikum Genetika Tata cara menangani drosophila, pengamatan siklus hidup drosophila, determinasi drosophila, & pengenalan mutan drosophila

TANGGAL PRAKTIKUM            :   07 Mei dan 14 Mei 2012
JUDUL PRAKTIKUM                    : Tata Cara Menangani Drosophila,
                                                            Pengamatan Siklus Hidup Drosophila,
                                                            Determinasi Drosophila, dan Pengenalan
                                                            Mutan Drosophila
TUJUAN PRAKTIKUM                 : 
·           Melakukan pengamatan siklus hidup Drosophila
·           Membedakan stadia telur-larva-pupa-imago dalam siklus hidup Drosophila
·           Membuat kesimpulan tentang siklus hidup Drosophila
·           Membedakan lalat jantan dan betina berdasarkan struktur tubuh dan ciri morfologinya
·           Mengidentifikasi tipe-tipe mutan Drosophila berdasarkan pengamatan fenotip morfologinya

I.                   TEORI DASAR
Drosophila mudah ditemukan disekitar buah-buahan yang sudah matang atau makanan yang mengalami fermentasi. Drosophila membutuhkan media yang tepat supaya dapat hidup dan berkembang biak dengan baik. Untuk pemeliharaan Drosophila dapat digunakan bermacam-macam medium mulai dari medium sederhana hingga medium lengkap. (Tim Penyusun, 2012)
Drosophila adalah  serangga bersayap  yang masuk ke ordo Diptera. Drosophilia  ini merupakan jenis serangga yang satu ordo dengan Drosophila ananase. Spesies ini umumnya diketahui sebagai lalat buah umum dan merupakan organisme yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetika. (Borror, 1992).
Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981)
Adapun ciri umum dari Drosophila melanogaster diantaranya:
1.      Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2.      Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
3.      Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
4.      Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5.      Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6.      Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
7.      Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
8.      Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam.
9.      Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
Drosophila ini memiliki siklus hidup yang sangat singkat, yaitu kurang lebih 14 hari. Serangga ini akan kawin setelah berumur 8 jam. Dengan demikian lalat betina dapat bertelur pada hari berikutnya. Seekor lalat betina menghasilkan telur berkisar antara 50 – 57 telur dalam 10 hari telurnya berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 0,5 mm.Telur telur tersebut baru mengalami perkembangan setelah kurang lebih 2 jam dan menetas menjadi larva. (Wildan, 1994)
Selanjutnya terjadi 4 kali pergantian sehingga mencapai stadium pupa. Pupa akan menetas  setelah 5-11 hari, tergantung kondisi lingkungan. Lalat buah jantan mengenali pasangannya selain feromon juga melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada sayap. Lalat buah pada umumnya jarang di temui pada pagi hari (saat matahari terbit), tetapi pada siang sampai sore hari menjelang senja, lalat buah ini dapat di temui.

Sumber: http://biology.kenyon.edu/courses/biol114/Chap13/fcycle2.gif
Gambar Siklus Hidup Drosophila
Lalat buah mempunyai empat stadium metamorfosis, yaitu telur, larva, pupa, dan imago (serangga dewasa).
1.             Telur 
Lalat buah betina meletakkan telur ke dalam buah dengan menusukkan ovipositornya (alat peletak telur). Bekas tusukan itu ditandai adanya noda/titik hitam yang tidak terlalu jelas dan hal ini merupakan gejala awal serangan lalat buah. Lalat buah betina mencari buah yang sesuai untuk meletakkan telur dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indera mata.  Proses ini juga dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan berkelompok 2—15 butir. Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1—40 butir/hari. Satu ekor betina B. Dorsalis dapat menghasilkan telur 1200-1500 butir.  (Sarwono dkk, 1993)
2.             Larva
Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah terdiri atas 3 bagian; yaitu kepala, toraks (3 ruas), dan abdomen (8 ruas).  Kepala berbentuk runcing dengan dua buah bintik hitam yang jelas, mempunyai alat kait mulut.Stadia larva terdiri atas tiga instar. Larva membuat saluran-saluran di dalam buah dan mengisap cairan buah. 
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak.
3.             Pupa
Pupa (kepompong) berbentuk oval, warna kecoklatan, dan panjangnya 5 mm.  Masa pupa adalah 4—10 hari dan setelah itu keluarlah serangga dewasa (imago) lalat buah. Pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada proses pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
4.             Imago
Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm dan terdiri atas menjadi kepala, toraks dada), dan abdomen. Toraks terdiri atas tiga ruas yaitu berwarna orange, merah kecoklatan, coklat atau hitam, dan memiliki sepasang sayap. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T dan kadang-kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat pelekat telur yang cukup kuat untuk menembus kulit buah. (Suryo, 1996)
Adapun ciri-ciri Dorsophila antara lain warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Berukuran kecil antara 3-5 mm. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terputus dekat dengan tubuhnya. Sungut arista umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 pecabangan. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung. Mata majemuk berbentuk bulat agak elips dan berwarna merah. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibandinkan dengan mata majemuk. Thoraks berbulu- bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam. Sayap panjang, berwarna transparent, dan posisi bermula di thoraks.
Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya. Pada Drosophila jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin.Sedangkan pada yang betina ukuran relatif lebih besar, memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin. Drosophila sp merupakan hewan yang bersayap, dan berukuran kecil. Maka dari itu pengamatan morfologi hewan ini bisa dengan menggunakan alat Bantu seperti LUV ataupun kaca pembesar (Soemartomo, 1979)
Determinasi di Indonesia tercatat sekitar 500 jenis Drosophila dari family Drosophilidae, dan dipulau jawa terdapat sekitar 120 jenis Drosophila (wheeler, 1981), sedangkan dibandung terdapat sekitar : 150 jenis Drosophila, beberapa diantaranya belum dipertelakkan (Djoko T. Iskandar, 1987).
Drosophila yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia Tengara adalah jenis Drosophila annassae, D. kikkiwai, D. Malerkotliana, D. Repleta, D. Hypocausta, D imigrans. Drosophila termasuk phylum Arthropoda, kelas insect, ordo dipteral, sub ordo cyclorrharpa (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat pada kulit instar ketiga, mempunyai “jaw hooks”, seri Acalyptra yaitu imago menetas keluar dari bagian anterior pupa). Ciri umum Drosophila sp. Adalah sebagai berikut :
1.         Berukuran kecil, antara 3-5 mm
2.         Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus
3.         Sungut dan arista umumnya berbentuk bulu, mempunyai 7-12 percabangan
4.         Posterior cross vein umumnya lurus, tidak melengkung
5.         Mata berwarna merah
Pada drosophila ditemukan 4 pasang kromosom.Pada lalat jantan dan lalat betina umumnya adalah sama, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata pancing. (Sepoetro.D, 1975)
Pada Drosophila jantan dan betina dapat mudah dipisahkan dalam bentuk segmen-segmen abdomen. Abdomen betina mempunyai ujung meruncing dan pola garis-garis yang berbeda dari pada abdomen jantan.Kelamin lalat ditentukan sebagian oleh kromosom X yang dimiliki individu. Normalnya lalat betina akan memiliki 2 kromosom X.Sedangkan lalat jantan hanya memiliki 1 kromosom X ditambah 1 Y heterokromatik.Pada lalat buah kromosom Y tidak memiliki peranan penting dalam penentuan jenis kelamin. Pada kromosom Drosophilla hanya sedikit gen aktif. (Goodenough 1984)

Penampakan morfologis dari mutan tersebut antara lain adalah dalam hal mata, sayap, warna tubuh, dan rambut-rambut pada tubuh. Fenotip mutan yang mudah diamati melalui mata drosophila adalah dalam hal warna dan ukuran dibandingkan tipe liar. Fenotip mutan yang mudah diamati melalui sayap adalah dalam hal ukuran, posisi waktu istirahat, pola venasi dan warnanya. (Tim Penyusun, 2012)

Laporan Praktikum Genetika Tata Cara Menangani Drosophila, Pengamatan Siklus Hidup Drosophila, Determinasi... by Nurlaela Pujianti

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PEWARISAN SIFAT YANG DIKENDALIKAN OLEH GEN MAJEMUK

PEWARISAN SIFAT YANG DIKENDALIKAN OLEH GEN MAJEMUK

Tanggal Praktikum :  22 April 2012
Judul Praktikum : Pewarisan sifat yang dikendalikan oleh gen majemuk (poligen)
Tujuan Praktikum :  * Merinci prosedur untuk mendefinisikan pola dan jumlah sulur jari tangan dan penentuan sidik jari tangan
Menghitung dan menginterpretasi nilai X2 untuk menguji data populasi mahasiswa sekelas, baik tentang pola sulur maupun jumlah sulur pada jari tangan.

A. Pendahuluan
Setiap manusia di dunia ini pasti berbeda. Salah satunya adalah bentuk garis-garis pada jari, atau yang lazim kita sebut sebagai 'sidik jari'. Karena sidik jari bersifat unik, setiap orang yang hidup di bumi mempunyai bentuk sidik jari yang berlainan.. Karena sifat unik inilah, sidik jari dijadikan sebagai salah satu bukti identitas seseorang yang berlaku secara internasional. Ternyata sidik jari baru mulai diperhatikan pada akhir abad ke-19. Berawal dari tulisan seseorang ilmuwan Inggris Henry Faulds pada 1880 yang menyatakan bahwa sidik jari orang-orang tak berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa bisa diyakinkan dengan sidik jari yang mereka tinggalkan di permukaan benda seperti kaca. (Anonimous: 2011)
Klasifikasi sidik jari yang digunakan secara luas adalah sistem Henry dan variasi-variasinya yang diperkenalkan oleh Edward Henry (1899). Klasifikasi sidik jari adalah membagi data pola garis alur sidik jari kedalam kelompok-kelompok kelas ciri yang menjadi karakteristik sidik jari tersebut yaitu untuk memercepat proses identifikasi. Ada dua jenis kategori sidik jari yaitu kategori bersifat umum (global) dan kategori yang bersifat khusus (lokal) yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, seperti jumlah minutiae, jumlah dan posisi inti (core), dan jumlah dan posisi delta. (Suryo: 2008)
Pewarisan Gen Majemuk (Poligen)
Pada pewarisan sifat, kita dapat menemukan adanya variasi sifat yang diturunkan. Hal ini disebabkan oleh gen ganda (multiple gen/poligen). Poligen merupakan suatu seri gen ganda yang menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau berlainan. Pewarisan sifat yang dikendalikan oleh poligen tersebut pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) oleh J. Kolreuter (1760). Saat menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, keturunan yang didapat pada F1 adalah intermediet, sedangkan F2 terdapat banyak variasi antara kedua tanaman induknya. Sifat keturunan terlihat berderajat berdasarkan intensitas dari ekspresi sifat itu.
Pewarisan sifat yang dikendalikan oleh poligen dapat terjadi baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Contoh poligen pada tumbuhan adalah warna biji pada tanaman gandum,panjang bunga tembakau serta berat buah tomat. Contoh poligen pada manusia adalah perbedaan pigmentasi kulit, jumlah rigi dermal dan tinggi badan.

Poligen pada Manusia
Adanya pengaruh gen ganda pada pigmentasi dikemukakan oleh C.B Davenport dengan mengukur intensitas warna kulit manusia. Dia membedakan derajat warna dari warna putih hingga hitam arang yaitu dari 0 - 4. Pigmentasi kulit ditentukan oleh dua gen (A dan B) yang dominan terhadap alel resesifnya (a dan b).
Selain pigmentasi kulit, poligen juga dapat mempengaruhi tinggi badan manusia. Gen yang mempengaruhi pewarisan sifat tinggi badan terdiri dari empat gen. Dalam pewarisan sifat tersebut dipengaruhi oleh gen-gen dasar dan gen-gen ganda. Gen dasar merupakan gen yang menentukan tinggi dasar seseorang sedangkan gen ganda memberi tambahan pada gen dasar.

Secara anatomis dermatoglifi akan membuat permukaan kasar pada telapak tangan jari tangan, telapak kaki, dan jari kaki yang berfungsi dalam membantu proses memegang atau berpijak sehingga tidak tergelincir. Pembentukan dermatoglifi dimulai dengan proliferasi sel epitel basal epidermis volar pad sekitar minggu ke-10 sampai minggu ke-11 kehamilan. Sel-sel kemudian membentuk lipatan-lipatan dan menjadi rigi episermis. (Ainur Annisa: 2010)
Pada bulan ke-enam kehamilan pembentukan dermatoglifi berakhir sepenuhnya. Susunan rigi pada epidermis yang dikendalikan oleh poligen dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang karena polanya tidak akan berubah seumur hidup.   Galton (1892) mengklasifikasikan pola sulur rigi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah triradius yang terdapat pada ujung jari yaitu:
1. Arch, tidak ada triradius. Pola ini paling sedikit ditemukan, paling banyak ditemukan pada populasi Bushman. Pada pola Arch, jumlah rigi adalah nol.
2. Loop, terdapat satu triradius. Merupakan pola yang paling banyak ditemukan baik pada populasi orang kulit putih maupun kulit hitam. Loop dibedakan menjadi dua yaitu:
- Loop radial, jika pola sulurnya terbuka ke arah ujung jari atau ke atas.
- Loop ulnar, jika pola sulurnya terbuka ke arah pangkal jari atau ke bawah.
3. Wohrl, terdapat dua triradius. Banyak ditemukan pada populasi Mongoloid, penduduk asli Australia, dan Melanesia di Pasifik.
    
     
 

Dalam populasi rata-rata, terdapat pola Arch sebanyak 5%, pola Loop 65 – 75%, dan pola Wohrl sebanyak 25 – 30%. Frekuensi pola sulur antara laki-laki dan perempuan juga berbeda. Jumlah rigi rata-rata pada perempuan sebanyak 127, sedangkan laki-laki memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu sebanyak 144. Teknik penghitungan rigi dilakukan dengan menjumlah rigi pada semua jari tangan (total finger ridge count). (Anonimous: 2011)

DOWNLOAD FILE DISINI

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP


Tanggal Praktikum      : 27 Februari 2012
Judul Praktikum         : Keanekaragaman Makhluk Hidup (Hewan, Tumbuhan,    Manusia)
Tujuan Praktikum       :  *     Mendeskripsikan hasil pengamatannya tentang berbagai          variasi pada hewan atau tumbuhan
*        Menyimpulkan dan mengkombinasikan hasil    pengamatannya
*        Mengamati variasi sifat pada manusia, khususnya sifat-sifat fisik (fenotip)
*        Membandingkan persamaan dan perbedaan sifat yang terbanyak dalam populasi kelas.

A.    Pendahuluan
Keanekaragaman adalah perbedaan diantara makhluk hidup yang berbeda jenis dan sifatnya. Keanekaragaman makhluk terjadi karena adanya perbedaan sifat, seperti ukuran, bentuk, warna, fungsi organ, tempat hidup dan lain-lain. Keanekaragaman makhluk hidup sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup. Suatu kelompok makhluk hidup yang memiliki kelestarian tinggi, terdapat keanekaragaman yang tinggi. Sebaliknya makhluk hidup yang memiliki tingkat kelestarian rendah, terdapat keanekaragaman rendah dan terancam punah.
(http//zaifbio.wordpress.com./2010/02/11/keanekaragaman-mahkluk-hidup)
Keanekaragaman dikenal juga dengan istilah “variasi”. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya. (Syamsuri.2002)
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
1.      Keanekaragaman Gen, yaitu keanekaragaman yang disebabkan oleh persamaan dan perbedaan susunan basa nitrogen pada DNA setiap makhluk hidup. Ini menyebabkan terjadinya keanekaragaman makhluk hidup dalam satu spesies atau yang biasa kita sebut dengan variasi.
2.      Keanekaragaman Jenis, yaitu keanekaragaman yang disebabkan oleh persamaan dan perbedaan sifat atau ciri antar spesies makhluk hidup. Ini menyebabkan terjadinya keanekaragaman makhluk hidup antar spesies.
3.      Kanekaragaman Ekosistem, yaitu keanekaragaman yang disebabkan oleh persamaan dan perbedaan komponen abiotik dan biotik di setiap wilayah, sehingga menyebabkan perbedaan interaksi makhluk hidup yang berlanjut pada terjadinya perbedaan ekosistem.
Pada manusia, setiap sel somatik (semua sel selain sperma dan ovum) memiliki 46 kromosom. Pengujian dengan mikroskop cahaya ke-46 kromosom manusia memperlihatkan bahwa ada dua untuk setiap jenisnya. Hal  ini  terjadi  jelas  pada  saat  kromosom-kromosom tersebut disusun ber pasang-pasangan dimulai  dari  kromosom  terpanjang. Kromosom membentuk pasangan yang mempunyai panjang, posisi stromer, dan pola pewarnaan yang sama (kromosom homolog). Ada satu pengecualian penting terhadap aturan kromosom homolog ini untuk sel somatik manusia. Kedua kromosom yang unik ini disebut sebagai X dan Y. wanita memiliki sepasang kromosom homolog X (XX), tetapi pria memiliki sebuah kromosom X dan kromosom Y (XY). Karena keduanya menentukan jenis kelamin suatu individu, maka kromosom X dan Y dinamakan kromosom seks. Kromosom lainnya selain kromosom seksual dinamakan autosom. Terjadinya pasangan kromosom homolog dalam kariotipe adalah konsekuensi dari asas asal usul seksual kita. Kita mewarisi sebuah kromosom dari setiap pasangan kromosom dari masing-masing orang tua. Dengan demikian ke-46 kromosom dalam sel somatik sebenarnya adalah dua set yang amsing-masing tersiri dari 23 kromosom. (Campbell.2004)
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri suatu individu dengan lingkungan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu disamping ditentukan oleh factor genetiknya (genotif).

DOWNLOAD FILE DISINI

LAPORAN PRAKTIKUM PEWARISAN SIFAT YANG DIKENDALIKAN ALEL MAJEMUK

PEWARISAN SIFAT YANG DIKENDALIKAN ALEL MAJEMUK
Tanggal Praktikum      : 9 April 2012
Judul Praktikum         : Pewarisan sifat yang dikendalikan alel majemuk
Tujuan Praktikum       : 1. Mengenali fenotip pada diri sendiri yang dikendalikan  oleh gen yang terdiri dari alel majemuk
2.  Memperkirakan fenotipnya berdasarkan silsilah keluarga

A.    Pendahuluan
Sebuah gen dapat memiliki lebih dari satu alel. Alel yang dimiliki oleh gen tersebut berjumlah dua bahkan bisa mencapai lebih dari 20 alel. Contoh pewarisan sifat pada manusia yang ditentukan oleh alel ganda adalah rambut pada digitalis tengah jari tangan serta golongan darah. (Suryo,2008)
Rambut pada digitalis tengah merupakan salah satu fenotip yang dikendalikan oleh alel majemuk. Alel yang dapat menentukan adanya rambut pada digitalis adalah sebagai berikut:
Fenotip
Alel
Rambut pada semua digitalis jari, kecuali ibu jari.
H1
Rambut pada digitalis jari manis, tengah dan telunjuk.
H2
Rambut pada digitalis jari manis dan tengah.
H3
Rambut pada digitalis jari manis saja.
H4
Tidak ada rambut pada semua digitalis jari.
H5
Urutan dominansi alel tersebut adalah H1 > H2 > H3 > H4 > H5. ( Tim penyusun,2012)
Sistem golongan darah yang umum digunakan adalah sistem ABO. F.Breinstein (1925) menyatakan bahwa antigen-antigen itu diwariskan oleh tiga alel dari sebuah gen. Gen tersebut adalah gen I, sedangkan alelnya adalah i, IA, dan IB. Alel i resesif terhadap IA dan IB, sedangkan IA dan IB merupakan alel kodominan. Alel kodominan adalah sepasang alel yang bila dalam keadaan heterozigot tidak menghasilkan sifat intermediet, melainkan membentuk sifat baru. Berikut ini adalah tabel macam-macam golongan darah.
Golongan Darah
Antigen
Aglutinin
Alel dalam kromosom
Genotip
O
-
anti-A dan anti-B
i
ii
A
A
anti-B
IA
IA IA atau IAi
B
B
anti-A
IB
IB IB atau IAi
AB
A dan B
-
IA dan IB
IA IB

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa gen IA dominan terhadap IO, gen IB dominan terhadap IO, gen IO bersifat resesif. (Wildan Yatim, 2003)
Selain golongan darah ABO, terdapat antigen lain yang terdapat dalam darah manusia. K. Landsteiner dan A.S. Weiner (1940) menamakannya faktor Rh (Rhesus). Landsteiner menyatakan bahwa Rh ini ditentukan oleh satu gen dengan dua alel yaitu R dan r. Manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan Rhesus, sebagai berikut:
·         Rh positif (Rh + ), jika memiliki antigen Rh dalam eritrositnya.
·         Rh negatif (Rh - ), jika tidak memiliki antigen Rh dalam eritrositnya.
Berbeda dengan pendapat diatas, Wiener berpendapat bahwa Rh ditentukan oleh delapan alel. Berikut ini tabel golongan Rh menurut Wiener.

Golongan
Alel
Rh positif (Rh + )
RZ, R1, R2, R0
Rh negatif (Rh - )
rY, r’, r”, r


Peneliti lainnya yaitu R.R. Race dkk.  berpendapat bahwa golongan Rh itu ditentukan oleh tiga pasang gen yaitu gen C, D dan E yang terangkai sangat berdekatan.. Hingga kini, belum dapat dipastikan apakah Rh ditentukan oleh alel ganda atau oleh tiga pasang gen yang terangkai. Oleh karena itu, kedua sistem itu masih tetap berlaku. (Suryo,2008)

DOWNLOAD FILE DISINI


PPG TAHAP 3 UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR

hallo semuanya, alhamdulillah akhirnya terpanggil juga untuk mengikuti PPG daljab ini. saya lulus pretest tahun 2018 dan baru terpanggil dit...